Rabu, 29 April 2009

K E M A T I A N


M A T I

Tidak sedikit yang menangisi jasad yang telah mati , akan tetapi tidak menangisi hati yang mati, padahal sesungguhnya matinya hati lebih menyedihkan daripada matinya jasad. Perlu senantiasa kita menengok diri … apakah hati kita masih hidup….. berpenyakit…… atau…. Sudah mati …!

Bila penyakit fisik datang kita segera mencari obat ke manapun. Akan tetapi tidak peduli terhadap hati kita yang sakit.
Menyebarnya penyakit jasad membikin kita ketakutan, melakukan segala usaha pencegahan, sangat berhati-hati menghadapinya, mengeluarkan segala upaya dan harta untuk mencegahnya.

Akan tetapi tidak demikian kesiapsiagaan untuk menghadapi penyakit hati ! Bahkan kepada orang-orang yang berusaha mencegah menyebarnya penyakit hati, dianggap sebagai kelompok terbelakang, primitif dan tidak mengikuti trend.

Sesungguhnya penyakit fisik hanya memberikan efek kepada orang itu saja, atau jika menular ia tidak akan menular kecuali kepada segelintir orang saja.
Sementara penyakit hati menyebar kepada seluruh umat, menyebabkan akibat yang penghujungnya sangat buruk.

Ketaatan kepada Allah Ta’ala merupakan satu kesembuhan untuk menjaga kelangsungan hidupnya hati kita. Ia sama seperti keharusan tersedianya makanan dan minuman untuk menjaga kelangsungan hidup tubuh kita.

Dan maksiat adalah makanan beracun yang dapat merusak hati. Ia bagaikan makanan busuk yang merusak tubuh bahkan bisa membunuhnya !
Kita selalu berusaha menjaga kehidupan dengan memenuhi keperluan fisik dengan makan secara teratur, maka jika suatu saat kita memasukan makanan yang mengandung racun atau makanan basi ke dalam tubuh hal itu dapat memberi sakit bahkan membunuh kita.

Sesungguhnya kehidupan hati kita memerlukan perhatian lebih dari hal di atas. Jika kita melakukan satu dosa selayaknya kita segera mensterilkan hati dari dosa ini dengan bertaubat dan menyesal.

Sebagaimana kita memberi perhatian terhadap penyembuhan dan pengobatan penyakit fisik, hendaklah kita turut memperhatikan hati dalam kadar yang sama.
Jika kita meninggal dunia karena penyakit fisik yang dihadapi dengan sabar dan selalu berharap kepada Allah Ta’ala, insya Allah balasannya adalah Syurga.
Akan tetapi jika kita meninggal dalam keadaan hati sakit yang belum pernah diobati dengan taubat, penyesalan dan kemauan kuat untuk meninggalkan kemaksiatan, sesungguhnya hati kita telah mati sebelum jasad mati. Naudzubillah….

“Terbujurnya jasad kita ….
Mengharap setetes rahmat dari Tuhan….
Insyaallah Tuhan mengampuni dosa-dosa kita.

Mengapa jika kita merasakan sedikit rasa sesak di dada atau sedikit sakit di jantung, segera merasa kebingungan dan segera mencari obatnya. Sementara jika hati yang terluka oleh perbuatan maksiat, tak segera berobat dengan taubat dan penyesalan

Kehidupan kita yang terbebas dari segala penyakit fisik menghantarkan kita untuk menikmati hidup yang aman dari segala penyakit, maka sesungguhnya kesehatan hati akan menghantarkan diri menuju kehidupan yang bahagia di dunia dan kebahagiaan tak terbatas di akhirat.

Dalam Firmanya :
“( yaitu ) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” ( Al-Qur’an Al-Karim, Surah As-Syu’ra, ayat 88-89)

Sungguh kita tidak akan selamat pada Hari Kiamat kecuali menghadap Allah dengan hati yang bersih. Insyaallah

1 komentar:

  1. aku ngantuk baca ini.....background na hitam tulisane biru....peteng bgt!!!!

    BalasHapus